Jumat, 30 Oktober 2015

Tips dekat dengan anak

Kali ini saya pengen berbagi tentang anak, tulisan ini murni dari pengalaman sendiri jadi kalau ada kekurangan mohon dimaklumi. Sekedar berbagi informasi dan pengalaman saja, supaya apa yang saya dapatkan bisa menjadi masukan buat banyak orang dan terutama saya sendiri.

Anak adalah pelita hati, pencerah kehidupan, penyangga saat tua, pembela di kehidupan selanjutnya.
Anak adalah investasi dunia akhirat, menurut saya loh....
Buat yang sudah menikah pasti ingin memiliki anak, yang sudah punya 1 mau tambah lagi (saya juga maau tapi belum dikasih). Masing-masing pasangan memiliki keinginan mengenai jumlah anak.

Ada yang mau hanya 1, ada yang mau banyak sampai bisa bikin kesebelasan, semua itu adalah pilihan. Karena pada dasarnya anak adalah rejeki sekaligus ujian yang harus kita rawat dan perhatikan seumur hidup.
Membeda-bedakan anak adalah hal yang tidak boleh dilakukan, meskipun sebagian orang tua menyatakan tidak pernah membedakan tapi pada kenyataannya masih ada yang melakukannya.
Padahal kalau dipikir dan diurut kejadiannya, tidak ada anak yang minta dilahirkan kecuali atas keinginan orang tua. Tidak akan serta merta anak ada dalam kandungan ibu.

Bagaimanapun, setelah ada anak pasti kehidupan akan menjadi lebih berwarna dan membahagiakan, benarkan? karena itu yang saya rasakan.
Rasa lelah, rasa cape, bahkan rasa sakit setelah melahirkan terasa hilang begitu saja ketika melihat buah hati yang sehat dan indah.

Menjelang besar, rasa ingin tahu anak menjadi lebih tinggi. Awalnya lucu dan masih dapat diatasi, makin lama semakin tinggi tingkat keingintahuannya dengan keunikan yang dia miliki membuat kita orang tua sedikit kesulitan. Terkadang kita merasa lelah dan capek menghadapi pertanyaan anak dan tingkah lakunya yang seakan ingin memporak-porandakan rumah.
Ternyata, apa yang dilakukannya semata-mata karena dia belum mengetahui apa yang baik dan salah. Sepanjang yang dia tahu adalah dia penasaran dengan bentuknya, warnanya, dan mungkin suaranya. Menurut kita tidak perlu deh memegang gelas, karena dia belum bisa nanti malah jatuh dan pecah. Tapi, kalau anak tidak diajarkan bagaimana memegang gelas dengan benar pasti dia tidak akan tahu. Kalau anak tidak diajarkan bagaimana rasanya jatuh, maka dia tidak akan tahu betapa ada rasa sakit dan rasa malu didalamnya.

Menurut pengalaman saya yang masih dan selalu ingin belajar, anak akan lebih mengerti jika dia sudah mengalami sesuatu sebelumnya. Contoh nih, saya ingin anak saya bisa membantu kegiatan rumah tangga nantinya, jadi...awalnya saya ijinkan dia memegang sapu dan hasilnya? berantakan....qiqiqiqi.....
Beneran berantakan, waktu membersihkan jadi dobel, debu-debu yang harusnya disapu malah lebih berantakan kesana-kemari, dan saya....tertawa berdua dengan dia. Setelah selasai dan dia puas dengan pengalamnnya memegang sapu, saya ambil alih dan mencontohkan padanya cara yang benar.
lancar? tentu belum....tidak ada yang instan untuk kebiasaan. Namanya kebiasaan harus dilakukan berkali-kali.

Banyak hal kita lakukan berdua, banyak cerita kita lalui berdua. dari mulai makan dan jajan di banyak tempat, nonton di bioskop pertama kali nah, ini juga seru banget. Awalnya dia ketakutan karena tiba-tiba gelap, dan suaranya keras banget, kemudian dia terpesona dengan layar lebarnya, dia penasaran bukan dengan filmnya tapi dengan bagaimana bisa ada gambar sebesar itu. Akhirnya dia bertanya terus bukan tentang filmnya tapi tentang ini dan itu didalam bioskop, tahu dong gimana bingungnya saya menjawab. Apalagi waktu dia dengan santainya liat kebelakang dan bilang...."oh, Ibu filmnya dari sana" dan itu kenceng hehehehe....
Apa yang saya lakukan? Kalau teman-teman ngapain tuh? Kalau saya langsung jawab pernyataan dia dengan pelan sambil saya bawa badannya kembali duduk, dan bilang "iya, bener banget filmnya dari sana"
gampang? engga banget, untuk beberapa kali dia bolak-balik lihat ke belakang dan kanan-kiri, dan pertanyaan-pertanyaan yang gak penting menurut saya terus dia tanyakan. Sampai habis filmnya dan habis popcorn juga minum juga roti heheheheh
Terakhir keluar dari bioskop, saya tanya dong filmnya rame gak? dan dia jawab gak tahu....
Iyalah gak akan tahu karena sedikit banget yang dia lihat. Tapi, yang membuat senenng adalah sepanjang jalan pulang dia cerita terus tentang keadaan bioskop itu. Sampai rumah langsung cerita sama Abi nya, bukan tentang filmnya tapi tentang bioskopnya. Pengalaman yang menyenangkan, dan sampai sekarang kita belum nonton lagi.

Sudah ah tentang ceritanya, jadiiii.....tips biar dekat dengan anak versi saya adalah:
Pertama, terima anak apa adanya dan terima semua tingkah polahnya, biarkan dia dengan sedikit bantuan kita menjadi anak yang berkembang sesuai porsinya.

Kedua, kurangi marah dan marah-marah, kurangi bentakan ke anak kalau bisa hilangkan sama sekali bentakan itu. Ganti dengan pemberian pengertian dengan nada suara yang rendah, yakin deh dia tahu kalau kita kesel atau marah. kalau saya suka mengutarakannya langsung dengan bilang "kaka, ibu lagi marah sama kaka yaa"
sambil jelaskan kenapa dan apa penyebabnya.

Ketiga, ajari anak dengan segala hal yang dia belum tahu. Misalnya, tiba-tiba anak lari dari dalam rumah keluar pagar, wuuiihh...bahaya banget kan tuh, gimana kalau ada mobil tiba-tiba lewat. Caranya beritahu pelan-pelan, nada suara yang rendah bahwa hal itu berbahaya.

Keempat, dengarkanlah dia pada saat dia bercerita, pandang matanya dan perlihatkan gesture bahwa kita betul-betul mendengarkan. Apapun ceritanya bagaimanapun cara dia bercerita, tunggu samapi dia selesai bercerita baru kita beri komentar dan masukan. Bukan nasihat, tapi lebih seperti ngobrol dengan teman. Itu yang saya lakukan, dengan harapan anak saya seterusnya mau bercerita tentang apapun. Karena saya gak mau jadi orang terakhir yang tahu jalan cerita hidupnya, perasaannya, dan pilihannya.Saya ingin menjadi orang pertama yang dia cari saat ingin bercerita.

Kelima, terkadang kita perlu menjadi temannya, bukan sebagai orang tua. Act like a child. Ikuti permainan yang dibuatnya, yang terkadang lucu. Seperti sekarang anakku lagi senang membuat tebak-tebakan kata, yang jadi juri dan pembuat pertanyaannya dia dan kita orang tuanya yang jadi peserta. Kelihatan banget dia pengen saya yang menang, jadi meskipun Abinya udah jawab dengan betul pertama kali dan saya telat jawabnya, tetep yang jadi pemenangnya adalah....saya hahahaha
Indahnya bermain dengan anak dengan mengikuti pola pikirnya yang masih sangat polos dan jernih.

Sepertinya baru itu yang bisa saya bagi disini, mungkin kalau ada teman-teman yang mau menambahkan dan berbagi pengalamannya mengasuh dan mendidik anak boleh banget loh, karena setiap anak pasti berbeda, setiap anak adalah istimewa.
Setiap anak memiliki kelebihannya masing-masing, jika anak kita belum terlihat kelebihannya di bidang akademis, mungkin di keterampilan, jika belum mungkin di sosialnya. Semua pasti ada kelebihannya tinggal kita yang mau menerima dan mau melihatnya atau tidak.
Semua kembali pada kita orang tuanya, apakah melihat anak kita sebagai seseorang yang baik dan istimewa atau sebaliknya.

Pokoknya terima anak kita apa adanya dan jadilah kita pendamping yang bisa dipercaya.