Sabtu, 07 Januari 2012

Tips menangani anak tantrum

Anak tantrum?
Apakah itu? Tantrum merupakan emosi yang meledak-ledak dan tidak teratur.
Biasanya terjadi pada anak umur 1-6 tahun.
Kalau lebih jauhnya mengenai tantrum itu bagaimana, silahkan mencari di ilmu psikologi ya...

Sekarang ini saya akan bercerita sedikit tentang pengalaman pribadi menghadapi anak yang tantrum, entah ini disebut tantrum atau bukan. Pokoknya saya merasa kejadian ini merupakan pelajaran yang baik banget untuk dibagi, semoga dapat menjadi masukan dan ilmu buat kalian.

Pagi tadi, tiba-tiba anakku memukul Abi tanpa ada sebab. Otomatis langsung ditinggal sama Abi dan diserahkan kepadaku, waktu aku cari ternyata anakku sedang diam disudut. Aku dekati dan bertanya dengan baik "kenapa dede pukul Abi?"
Bukannya menjawab malah nangis dan lumayan keras, waduh...agak panik juga nih harus gimana.
Sesuai teori yang pernah aku dapet, aku jongkok, pegang pundaknya, dan meminta dia melihat mataku. Tapi, bukannya mengikuti dia malah tidak mau dan terus melihat ke arah lain. Oke, aku masih tahan dan masih mencoba membujuk, dan tidak berhasil.
Sempet nyerah dan bilang begini "oke, kalau Aya gak mau bilang ya sudah." sambil aku berdiri dan beranjak pergi.
Ternyata dia malah tambah menangis, makin kenceng. Akhirnya aku angkat dan aku bawa ke hadapan Abinya untuk meminta maaf, masih belum mau juga dan nangisnya makin kenceng aja. Akhirnya kami diamkan, tapi dia malah lari ke kamar sambil terus menangis.
Aku kejar ke kamar, dia sedang menutup kepalanya dengan bantal sambil masih terus menangis.

Dalam hati aku berkata, ya Allah... harus bagaimana ini?
Tarik nafas dalam-dalam, lalu aku buka bantalnya dan aku angkat badannya, lalu aku peluk. Untuk beberapa saat aku biarkan dia menangis.
"udah nangisnya sayang?" tanya aku, dan dia menggelengkan kepalanya.
"yuk, sekarang Aya cerita kenapa pukul Abi terus minta maaf ya sama Abi" Waduh, yang tadinya udah mereda jadi naek lagi tuh nagisnya.
Aku angkat deh jadinya, aku bawa ke Abinya dan dia sambil tetap menangis bilang "maafin dede ya"
Oke...satu masalah selesai, tapi di balik itu aku masih belum puas karena dari cara menangisnya aku tahu masih ada sesuatu di dalam hatinya, mengganjal.

Karena sudah waktunya mandi, maka aku bawa ke kamar mandi karena mandi adalah salah satu kegemaran anakku jadi dia agak sedikit terhibur. Tapi jangan salah mandi juga masih tetap nangis.
Setelah selesai mandi, saat dipakaikan handuk sambil terisak dia bilang begini
"dede teh kesel soalnya Abi pake-pake helm Ibu"
Ya, Allah...ternyata dia kesal, dan gak terima kalau helm aku dipakai Abi. Kami tidak tahu dan tidak paham karena pada saat helm dipake dia tidak bilang apa-apa, hanya membawa helm itu pergi.

Aku peluk dia, dan bilang "maaf Ibu tidak tahu kalau Aya kesel"
"lain kali kalau Aya kesel bilang yah, gak usah pake mukul karena Ibu dan Abi gak ngerti." lanjutku
Diapun mengangguk sambil masih sedikit terisak.

Setelah selesai pakai baju, aku bilang sama Abi, "sekarang bagian Abi yang minta maaf"
Abinya bingung dong.
"Aya tadi kesel karena Abi pake-pake helm Ibu"
Akhirnya Abi peluk Aya dan minta maaf, Aya masih belum 100% menerima, dan gak mau lama-lama dipeluk. Mungkin masih sedikit gengsi juga yah :)

Selesailah masalah, yang ternyata inti dari permasalahannya bukan pukulan Aya, tapi kenapa dia memukul. Dan, yang namanya anak-anak pasti tidak akan langsung bilang apa yang dia rasakan tugas kita orang tua untuk lebih bijak dalam memahami mereka. Sulit memang, seperti yang aku alami ini tidak mudah untuk dijalankan. Tapi, kalau kita mau berusaha dan mau mengalah sediiikiiit aja pasti hasilnya akan lebih baik deh.

Pelajaran demi pelajaran aku dapatkan setiap harinya, terima kasih untuk anakku yang selalu memberikan pelajaran hidup yang tidak mungkin diberikan orang lain. I Love You, dan jawaban dari anakku kalau akau bilang itu adalah You Love Me.

Semoga aku bisa terus belajar menjadi ibu yang baik meskipun tidak sempurna.
Tantrum? bukan halangan untuk kita tetap memahami anak kita, pasti ada sesuatu dibalik tingkahnya itu.
Belajar untuk melihat dari sisi anak juga merupakan hal yang masih harus aku pelajari lebih dalam.

2 komentar: