Jumat, 26 Agustus 2022

Kumpulan Fiksi Mini Agustus 2022

Selama 10 hari di bulan Agustus 2022 ini, saya mengikuti challenge menulis fiksi mini berdasarkan lagu. Semua di posting di Facebook. Tapi, saya salin disini. Feel free untuk memberikan saran dan kritik. Terima kasih dan selamat menikmati!


Day 1

                                                Biarlah Semua Berlalu

 

Hai, my lovely diary.

Saat ini suasana hatiku sedang tak menentu, kejadian tadi sore masih belum bisa kulupakan. Rasa sakitnya masih terasa, perih, pedih. Mengapa saat itu Aku gak bisa melawan atau setidaknya mempertahankannya. Duh, penyesalan dan rasa kecewa campur aduk saat ini. Tapi, jujur memang saat itu keberanianku tiba-tiba hilang begitu saja, entah terbang kemana.

Ternyata, begini rasanya tersakiti. Hati bagaikan dikoyak, terpecah dan hancur berkeping-keping. Ry, mungkin Kau anggap ini berlebihan. Biarlah, kuterima semua anggapan darimu. Saat ini hanya Kamu yang Aku punya untuk mendengarkan perasaanku. Untuk berbagi dengan teman yang lain Aku tak sanggup, rasanya lidah kelu tak ada kata yang dapat terucap. Rasa malu lebih besar daripada rasa ingin berbagi. Sulit, ry, sungguh sulit.

Kamu tau, hati adalah tempat terlembut, jika datang asa maka dia akan membagikan rasa bahagia pada mata dan bibir. Iya, ketika bahagia hadir maka mata akan bersinar dan bibir akan tersenyum. Kebalikannya, jika duka yang berlabuh maka air mata akan menetes turun tanpa bisa dihalangi kemudian bibir akan terisak atau bahkan yang lebih parah akan berteriak. Ngeri!

Saat ini hatiku sedang dalam perpaduan marah, kecewa, sedih. Kamu tau gimana sekarang mataku? Merah membara dan bibirku maju ke depan melebihi hidung, silakan bayangkan sendiri betapa hancurnya mukaku saat ini.

Kamu gak mau tahu masalahnya apa, Ry? Mungkin buat sebagian orang persoalan ini kecil, gak perlu buat dibesarkan. Untukku ini masalah yang cukup menguras emosi dan energi. Pandangan satu orang dengan orang lain pasti berbeda. Gak bisa dipaksain, bener gak, sih? Kadang Aku setuju kadang juga engga. Memang kalau semua berpandangan sama dunia gak akan berwarna seperti saat ini. Jadi, biarlah saat ini bebaskanlah mereka dengan pandangannya masing-masing.

Kembali ke masalahku yang sebenarnya masalah bukan, ya? Kok jadi gak yakin juga. Baiklah, begini ceritanya. Sore tadi waktu Aku jalan – jalan di mall, ada toko kerudung yang lagi ngegelar diskon untuk seluruh produk yang ada. Sebagai wanita “modis” alias modal diskon, jiwa belanjaku meronta, dong.

Dari pintu masuk, Aku udah ngeliat jilbab cantik berwarna hijau melambai bagaikan memanggil. Seketika mataku langsung fokus kepadanya, eh, tapi kenapa rasanya ada yang berbeda. Sudut mataku menangkap ada gerakan lain yang sepertinya juga mengarah pada jilbab cantik incaranku.

Kamu tau, Ry?! Jilbab hijau yang cantik itu beneran idaman hatiku. Bahannya lembut, panjangnya ideal tepat menutup dada dan bagian belakangku. Bentuknya gak neko-neko, sederhana tapi elegan tanpa perlu hiasan apapun. Cinta pada pandangan pertama mungkin ini namanya. Aku teringat gamis di rumah kalau dipadukan dengan jilbab ini, mumtaz, sempurna.

Jurus jalan cepat tanpa menoleh kanan – kiri langsung Aku gunakan, karena tau kalau terlambat sedikit maka incaranku akan hilang. Karena ini diskon jadi tidak ada model dan warna yang lain, hanya yang ada di pajangan saja, begitu informasi dari toko. Ry, hatiku berdebar keras sampai Aku takut kedengeran orang lain. Mataku hanya terfokus pada jilbab itu, rasa was-was datang karena tau ada yang mendambanya juga selain diriku.

Hasilnya gimana?

Iya, Aku kalah. Beberapa langkah lagi kebahagiaan akan kumiliki, seketika itu juga hilang tak berbekas. Menyisakan rasa sakit dan kecewa, melihat jilbab cantik itu diambil oleh tangan lain. Langkahku langsung terhenti, pandanganku tiba-tiba kabur, kutarik nafas panjang dan langsung berbalik arah, keluar.

Kini Kamu tau ceritanya, wajar kan kalau Aku sedih? Boleh, dong Aku kecewa?

Jangan ketawa, Ry! Kehilangan sesuatu yang udah jadi incaran dan dambaan hati itu rasanya sakit bukan main, loh. Gini ternyata rasanya ditikung, gak mau lagi ngerasain. Khusus untuk malam ini, biarlah semua berlalu, semoga jilbab hijau cantik itu tidak terbawa dalam mimpiku.

Sekarang Aku mau istirahat dulu, biar besok pagi terbangun dalam keadaan lega karena bisa move on. Makasih, Ry … karena Kamu selalu ada untukku.

Bandung, di kamar sendirian, 16 Agustus 2022


Day 2

                                                        Pilihan Hidup

 

Senja merona menampilkan pesonanya yang dapat menyihir siapa saja yang melihatnya. Hangatnya lembayung yang ada di ufuk barat dengan matahari yang terlihat begitu sendu sekaligus indah, dihiasi burung yang seakan merayu untuk membuatnya tetap bertahan disana. Angin juga seakan menambah suasana semakin syahdu, nyanyian alam sempurna yang Allah buat untuk makhlukNya.

Dua orang gadis duduk di bangku taman sambil menghadap danau yang sepi, mereka terhipnotis dengan riaknya yang lembut dengan sedikit bisikan daun di pepohonan. Perahu yang tertambat di sisi danau membuat pemandangan sore itu sempurna. Entah apa yang sedang berlarian dalam benak mereka, apakah asa atau duka.

Setelah jeda beberapa saat, mereka saling berpandangan dan tersenyum seakan saling mengerti dan menguatkan. Terkadang tidak perlu ada kata, hanya pandangan dan hati yang berbicara maka kepahaman terjadi. Kemudian mereka berdiri dan melangkah pergi menjauh dari danau, sepertinya mereka kembali pada kenyataan.

Ini adalah hari ketiga mereka datang, dan baru sekarang mereka hanya terdiam menatap lembayung yang memayungi awan. Hari pertama, mereka datang dengan berlari dan air mata yang bercucuran.

“Aku pengen pulang, gak kuat banget,” gadis berkerudung hitam panjang itu berkata dengan tangisan yang masih ada.

“Sabar, Fa. Semua pasti berlalu, biarkanlah dia seperti itu nanti juga dia akan merasakan hasilnya sendiri,” kata gadis kedua yang sama juga berkerudung hitam panjang.

Gadis pertama yang dipanggil Fa, hanya bisa terdiam tidak menjawab. Beberapa menit berlalu hanya terdengar sedu sedan tangisannya.

“Menjalani cerita di pondok seperti ini ternyata tidak semudah yang terlihat. Banyak hal yang orang luar sana tidak tahu. Yang paling ringan aja, kita disini tidur cuma berapa jam, coba? terus kalau seperti sekarang, lagi ada masalah dengan teman sendiri harus dihadapi sendiri, diselesaikan sendiri. Belum lagi harus ketemu terus setiap hari padahal hati masih sakit,” Fa kemudian menjawab dengan lirih.

Tak berapa lama, mereka beranjak pergi. Mungkin kembali ke pondok seperti yang mereka sebutkan. Bangku taman yang menghadap danau kembali kosong tapi penuh dengan cerita manusia.

Hari kedua, mereka datang kembali. Tidak dengan berlari juga tidak dengan air mata yang bercucuran. Mereka datang dengan langkah pelan menuju bangku. Kali ini dengan sedikit senyuman dan kehangatan yang bisa terasa oleh sekelilingnya.

“Nah, beres juga masalahnya. Sekarang bisa senyum, deh,” kata gadis itu.

“Iya, Alhamdulillah. Benar, loh. Ketika masalah sudah terlewati maka semua itu bisa kita senyumin. Tapi, masih ada sedikit sakit di sini,” jawab Fa sambil menunjuk dadanya.

Entah apa sebenarnya masalah yang mereka hadapi, pasti terasa berat karena mereka harus menghadapinya sendiri. Mereka harus dewasa dengan tempaan berat, manusia terkadang tidak dapat memahami permasalahan manusia lain jika mereka belum pernah mengalaminya. Bahkan, manusia cenderung merasa lebih tahu dari yang lainnya.

“Eh, kita ini kan manusia kuat dengan jiwa yang kuat, iya, kan?!” lanjut gadis yang tetap masih memakai kerudung hitam panjang dengan senyuman lebar dilanjutkan dengan tertawa.

“Iya, dong. Mereka bisa merebut senyum kita, bisa merobek hati kita tapi gak akan lama karena kita tahu obatnya. Kembalikan semua pada Allah, lakukan dengan sabar dan salat, iya, kan?” Fa menambahkan sambil wajahnya menatap langit.

“Yes!” jawab gadis lain itu, setelah itu mereka berlarian kembali ke tempat mereka menjalani pilihan hidup mereka.

Setelah hari ketiga yang tanpa kata, mereka belum terlihat kembali mendatangi bangku taman yang menghadap danau. Mungkin masalah mereka sudah selesai, mungkin mereka sedang bahagia. Mungkin juga mereka belum ada waktu untuk berkunjung kembali. Karena seperti yang pernah mereka katakan waktu mereka begitu padat. Semoga mereka baik-baik saja, bahagia selalu.

Aku hanya berharap masih bisa melihat senyuman dan aura kekuatan yang mereka pancarkan, karena aku tidak akan selama itu ada disini. Setelah mahkotaku berkembang sempurna maka sedikit demi sedikit aku akan menghilang, atau bahkan sebelum itu jika ada manusia yang memetik saat diriku sedang berkembang indah maka Aku tidak akan melihat mereka kembali. Aku akan merindukan mereka dan senja merona yang penuh pesona.

 

Bandung, 17 Agustus 2022


Tidak ada komentar:

Posting Komentar