Sabtu, 27 Agustus 2022

Aku, Kamu, dan Cerita Kita

 Oleh : Hastie

Terdengar panggilan dari pengeras suara agar peserta lomba segera berkumpul. Hari ini diadakan perlombaan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun. Berbagai lomba digelar, banyak warga yang datang. Tempat pelaksanaan di lapangan agar lebih leluasa dan tidak terlalu mengganggu.

Dengan berlari, Naima dan Lia bergegas menuju lapangan. Mereka tidak mau terlambat mengikuti lomba. Mereka berdua adalah sahabat, selain karena rumah yang berdekatan sekolah pun sama. Mereka selalu terlihat bersama. Karena sekolah mereka dekat dengan rumah jadi tidak perlu diantar orang tua, mereka kadang berjalan menuju sekolah kadang naik sepeda. Jadi, bisa dikatakan dimana ada Naima disana ada Lia.

Tak berapa lama, mereka tiba di lapangan. Ternyata sudah banyak anak-anak lain yang datang, mereka langsung saling menyapa.

“Hai, Gina. Kamu mau ikutan lomba apa aja?” tanya Naima ketika melihat Gina.

“Ikut semua lomba, biar seru,” jawab Gina dengan semangat.

“Aku juga, ikut semua, deh. Iya, kan, Li?” sahut Naima sambil melihat Lia.

“Iya, dong,” sambut Lia sambil mengepalkan tangannya tanda setuju.

Selanjutnya, bersama-sama mereka menuju meja pendaftaran. Terlihat wajah yang sumringah, semangat dari wajah mereka bertiga. Bukan hanya mereka bertiga yang terlihat antusias, semua anak, remaja, dan dewasa terlihat menikmati suasana hari ini. Belum lagi makanan dan minuman yang tersaji, sangat banyak dan beragam, dan semua gratis. Boleh ambil sebebasnya. Menyenangkan sekali!

Masih ada waktu sebelum perlombaan pertama dimulai. Naima dan Lia mempergunakan kesempatan ini untuk mengambil cemilan, hanya kali ini mereka berbeda keinginan. Naima ingin mengambil minuman tapi Lia ingin mengambil es lilin. Beberapa saat mereka saling berdebat mau mengambil apa.

“Kita ambil es, yuk!” ajak Lia.

“Engga, ah. Kita ambil minuman itu aja sepertinya lebih enak,” jawab Naima sambal berjalan mendahului Lia untuk menuju stand minuman.

“Kamu suka gitu, suka maunya sendiri aja. Aku tetep mau ambil es,” Lia menjawab dengan kesal dan pergi meninggalkan Naima.

Beberapa saat mereka saling diam dan tidak menyapa, padahal sebentar lagi perlombaan dimulai. Meskipun bersahabat tapi tetap saja ada saat dimana mereka tidak sepakat. Pertengkaran kecil kadang terjadi.

Akhirnya lomba dimulai, panitia mulai mengumumkan nama-nama anak yang akan mengikuti perlombaan. Untuk lomba pertama Naima dan Lia tidak bersama, biasanya mereka akan saling memberi semangat tapi karena sekarang sedang bertengkar tidak ada teriakan memberi semangat untuk satu sama lain.

Aksi diam-diaman berlangsung sampai seluruh perlombaan selesai. Tiba waktunya pembagian hadiah. Lia berhasil memenangkan satu lomba sedangkan Naima tidak menang dalam satu lomba pun. Naima pulang dengan muka sedih, dan sendiri.

Yang paling membuat Naima sedih bukan karena tidak memenangkan satu lomba pun, tapi karena pertengkarannya dengan Lia. Pertengkaran yang sebenarnya tidak perlu terjadi hanya karena berbeda keinginan seharusnya dapat diatasi. Entah mengapa hari ini menjadi berkepanjangan.

Lia melihat sahabatnya pulang dengan muka sedih jadi merasa bersalah dan ikut sedih. Tidak sampai hati dia melihat Naima pulang sendirian, akhirnya mengejar.

“Naima, tunggu, dong. Jangan cepet-cepet gitu jalannya,” kata Lia sedikit berteriak karena Naima sudah berjalan agak jauh.

Naima pun menengok ke belakang, lalu berhenti berjalan menunggu Lia mendekat.

“Hai, aku pikir kamu masih marah,” kata Naima begitu Lia sudah dekat.

“Tadinya, tapi ngeliat kamu jalan sendirian sambil mukanya ditekuk gitu aku jadi ikutan sedih,” goda Lia sambil senyum.

“Ditekuk, emangnya muka aku apaan,” jawab Naima sambil tersenyum juga.

“Udah, ya, kita jangan bertengkar lagi. Baikan, ya. Lagian ini bingkisan punyamu lupa kamu bawa,” ajak Lia sambil memberikan bingkisan berisi berbagai cemilan dan minuman.

Naima mengangguk senang dan mengambil bingkisan itu. Mereka kembali berbaikan, berjalan kembali bersama. Tersenyum bersama kembali.

Persahabatan adalah hal indah yang dapat dimiliki siapa saja. Carilah sahabat yang dapat membawa pada kebaikan, sahabat yang selalu mengingatkan pada kebaikan. Jika sudah mendapatkannya jangan lepaskan.

“Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-geriknya teringat mati. Sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap tetangganya.” (HR. Hakim)

Bandung, 21 Agustus 2022




Tidak ada komentar:

Posting Komentar