Oleh : Hastie
Terdengar panggilan dari pengeras suara agar peserta lomba segera berkumpul. Hari ini diadakan perlombaan dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun. Berbagai lomba digelar, banyak warga yang datang. Tempat pelaksanaan di lapangan agar lebih leluasa dan tidak terlalu mengganggu.
Dengan berlari, Naima dan
Lia bergegas menuju lapangan. Mereka tidak mau terlambat mengikuti lomba.
Mereka berdua adalah sahabat, selain karena rumah yang berdekatan sekolah pun
sama. Mereka selalu terlihat bersama. Karena sekolah mereka dekat dengan rumah
jadi tidak perlu diantar orang tua, mereka kadang berjalan menuju sekolah
kadang naik sepeda. Jadi, bisa dikatakan dimana ada Naima disana ada Lia.
Tak berapa lama, mereka tiba
di lapangan. Ternyata sudah banyak anak-anak lain yang datang, mereka langsung
saling menyapa.
“Hai, Gina. Kamu mau
ikutan lomba apa aja?” tanya Naima ketika melihat Gina.
“Ikut semua lomba, biar
seru,” jawab Gina dengan semangat.
“Aku juga, ikut semua,
deh. Iya, kan, Li?” sahut Naima sambil melihat Lia.
“Iya, dong,” sambut Lia
sambil mengepalkan tangannya tanda setuju.
Selanjutnya, bersama-sama
mereka menuju meja pendaftaran. Terlihat wajah yang sumringah, semangat dari
wajah mereka bertiga. Bukan hanya mereka bertiga yang terlihat antusias, semua
anak, remaja, dan dewasa terlihat menikmati suasana hari ini. Belum lagi
makanan dan minuman yang tersaji, sangat banyak dan beragam, dan semua gratis.
Boleh ambil sebebasnya. Menyenangkan sekali!
Masih ada waktu sebelum
perlombaan pertama dimulai. Naima dan Lia mempergunakan kesempatan ini untuk
mengambil cemilan, hanya kali ini mereka berbeda keinginan. Naima ingin
mengambil minuman tapi Lia ingin mengambil es lilin. Beberapa saat mereka
saling berdebat mau mengambil apa.
“Kita ambil es, yuk!”
ajak Lia.
“Engga, ah. Kita ambil
minuman itu aja sepertinya lebih enak,” jawab Naima sambal berjalan mendahului
Lia untuk menuju stand minuman.
“Kamu suka gitu, suka
maunya sendiri aja. Aku tetep mau ambil es,” Lia menjawab dengan kesal dan
pergi meninggalkan Naima.
Beberapa saat mereka
saling diam dan tidak menyapa, padahal sebentar lagi perlombaan dimulai.
Meskipun bersahabat tapi tetap saja ada saat dimana mereka tidak sepakat.
Pertengkaran kecil kadang terjadi.
Akhirnya lomba dimulai,
panitia mulai mengumumkan nama-nama anak yang akan mengikuti perlombaan. Untuk
lomba pertama Naima dan Lia tidak bersama, biasanya mereka akan saling memberi
semangat tapi karena sekarang sedang bertengkar tidak ada teriakan memberi semangat
untuk satu sama lain.
Aksi diam-diaman
berlangsung sampai seluruh perlombaan selesai. Tiba waktunya pembagian hadiah.
Lia berhasil memenangkan satu lomba sedangkan Naima tidak menang dalam satu
lomba pun. Naima pulang dengan muka sedih, dan sendiri.
Yang paling membuat Naima
sedih bukan karena tidak memenangkan satu lomba pun, tapi karena
pertengkarannya dengan Lia. Pertengkaran yang sebenarnya tidak perlu terjadi
hanya karena berbeda keinginan seharusnya dapat diatasi. Entah mengapa hari ini
menjadi berkepanjangan.
Lia melihat sahabatnya
pulang dengan muka sedih jadi merasa bersalah dan ikut sedih. Tidak sampai hati
dia melihat Naima pulang sendirian, akhirnya mengejar.
“Naima, tunggu, dong.
Jangan cepet-cepet gitu jalannya,” kata Lia sedikit berteriak karena Naima
sudah berjalan agak jauh.
Naima pun menengok ke
belakang, lalu berhenti berjalan menunggu Lia mendekat.
“Hai, aku pikir kamu
masih marah,” kata Naima begitu Lia sudah dekat.
“Tadinya, tapi ngeliat
kamu jalan sendirian sambil mukanya ditekuk gitu aku jadi ikutan sedih,” goda
Lia sambil senyum.
“Ditekuk, emangnya muka
aku apaan,” jawab Naima sambil tersenyum juga.
“Udah, ya, kita jangan
bertengkar lagi. Baikan, ya. Lagian ini bingkisan punyamu lupa kamu bawa,” ajak
Lia sambil memberikan bingkisan berisi berbagai cemilan dan minuman.
Naima mengangguk senang
dan mengambil bingkisan itu. Mereka kembali berbaikan, berjalan kembali
bersama. Tersenyum bersama kembali.
Persahabatan adalah hal
indah yang dapat dimiliki siapa saja. Carilah sahabat yang dapat membawa pada
kebaikan, sahabat yang selalu mengingatkan pada kebaikan. Jika sudah
mendapatkannya jangan lepaskan.
“Teman yang paling baik adalah apabila kamu
melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan
ilmu agama, melihat gerak-geriknya teringat mati. Sebaik-baik sahabat di
sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik-baik tetangga
di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap tetangganya.” (HR. Hakim)
Bandung, 21 Agustus 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar